RSS

Argopuro H5

H5
Timer: 05.43-19.13
Event: Road To Tulungagung

Huff, akhirnya pulang juga. Seneng kita, setelah 4 hari 4 malem berjibaku di hutan Argopuro yang menakjubkan kita akhirnya pulang. All, aku pulang.

Jam 05.43 kita mulai bangun, kaya'e Fajri n Ma'ut yang pertama bangun. Packing bentar dan kemudian mandi kecil. Setelah dirasa cukup bersih target pertama kami nyari warung nasi, bosen kita makan mie n sarden, wkwkw. Ketemu warung yang udah buka jam 07.03, ibu e baru buka jadi kita harus nunggu sarapan normal pertama kita. Menu pagi kita adalah rawon dan teh anget, setelah hampir 4 hari 4 malem makan mie+sarden sarapan ini terasa nikmat banget.

Selesai sarapan udah jam 08.01 dan bus yang membawa kamipun tiba. Sambil nunggu pak sopir sarapan dan ganti ban kita pamitan ke polsek sekalian ambil ransel. 08.38 kita meningalkan Krucil.

Bus kami kami cuman berisi 8 penumpang. Perjalanan pulang ini sangat sepi, kami semua sudah sangat lelah untuk sekedar ngobrol. Noko n Ma'ut udah tertidur lagi, tinggal aku n Fajri yang masih bertahan. Jalanan Bremi Probolinggo lumayan berliku dan sedikit menurun. Beberapa kali aku sempat hampir terjatuh ketika bus ini berbelok. Jalanan udah mulai datar n lurus ketika masuk Pajarakan dan disini kita ketemu teman kita dari Universitas Panca Marga, kopral namanya. Aku ga tau gimana awalnya, tau-tau Noko n Ma'ut udah ngobrol dengan mereka. Dari percakapan inilah kami tahu suara air yang kami dengar sebelum hutan damar semalem adalah air terjun. 2 jam 15 menit kami ada di dalem bus ini.

Turun di terminal kecil, kami ganti naik lin kuning ke terminal Probolinggo. Ternyata Probolinggo lumayan besar, mungkin sama dengan Kediri. Jalannya relatif lebih bersih dan sangat madura sekali. 1/2jam kemudian kita udah di Terminal Probolinggo. Dua kali aku masuk terminal ini, pertama waktu aku ke rumah Bulekku 10 tahun yang lalu yang kedua ya sekarang ini. Beli oleh-oleh buat anak-anak dan langsung berangkat ke Malang. 11.14 kita keluar terminal

Bus yang kami naiki sangat parah!!! Setiap kena lubang siap-siap aj ada hujan abu lokal karena langit-langit bus ini udah berkarat. Suspensinya juga udah mati, jadi serasa di dalam shaker bartender. Tapi kita cuek aja, yang penting bisa cepet pulang, kangen ni ama orang rumah. Masuk Pasuruan udah jam 11.58. Disini kita sempet beli es degan, puanas abis.

Nyampek terminal Arjosari Malang udah jam 13.00. begitu turun kami langsung naik lin ke Stasiun Malang. Setibanya disana tanya loket kereta tiba pukul berapa? Dan ternyata Matarmaja kita g bisa berangkat, ada tabrakan di Solo. Apes, akhirnya kita balik kucing ke terminal Arjosari. Dapet bus ke Blitar udah jam 14.30 dan penuh puol. Aku n Ma'ut berdiri, yang laen dapet tempat duduk. Bus ini penuh banget, yang berdiri aj udah uyel-uyelan. Kita baru dapet tempat duduk di daerah Wlingi Blitar. Huff, setelah berdiri hampir 2 jam kahirnya duduk juga.

Jam 17.35 kita ganti bus lagi jurusan Tulungagung. Kali ini penumpange ganti anak-anak SMA. Jalanan udah gelap, tapi kita bisa ngerasain ada bulir-bulir air berjatuhan. 1 jam lagi kita nyampek rumah. Semua udah pada semangat sekarang, kita ngobrol kesana kemari pe' Tamanan, kemudian jalan kaki ke rumahe Fajri. Dan Petualangan kami ke Argopuro secara resmi DITUTUP!!!

Ucapan terimakasih
Allah SWT
Bapak, Ibu, Saudara, Teman yang ga bisa kami sebutin satu persatu
Bapak Subari
Tim Jakarta 13
Tim Lampung
Tim Jakarta 4
Tim Jakarta 6
Bapak Arifin
Polsek Krucil
Yang tidak dapat kami sebutkan.
Terimakasih!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Argopuro H4

H4
Timer: 05.00-22.00
Tracking:  12 jam
Pagi ini kami males bangun pagi. Alarm bunyi jam 4.00 aku biarin aj. Entah dah berapa lama bunyinya, kita cuekin. Yang bangun pertama aku g tau, coz masih nguantuk banget (semalem g bisa tidur, dingin puollll). Waktu aku dah bangun mereka dah masak n buat kopi. Sory all g bisa bantuin. Ritul wajib berikutnya adalah makan pagi dengan mie, sarden, srondeng, sambel pecel. Kenyang, dan saatnya cuci nesting

Pagi ini kami ketemu teman baru, anak Jakarta. Bukan yang 12 kemaren tapi anak Jakarta yang laen, mereka ber4. Kami ngobrol dengan mereka sekalian nyuci nesting ( camp mereka deket sungai). Selesai itu kita bakar-bakar sampah plastik yang kita kumpulin dari sekitar shelter. Lumayan banyak juga, tapi karena alam ga bisa daur ulang plastik kita g seharusnya buang mereka. Alam bukan tempat sampah!!!

Jam 9.12 kita berangkat pulang. Tujuannya kami yang pertama adalah Aeng kenek. Jalannya landai dan bekas kebakarannya masih keliatan dimana-mana. Ternyata Aeng kenek dekat, cuman 1 jam dari Cisentor. Dan disini kami ketemu pohon arbei gede. Kalo biasanya kita liat arbei setinggi 1 meteran (pengalaman di wilis) disini ada arbei setinggi 3 meter!!!. Isi air bentar dan kita berangkat lagi.

Keluar dari Aeng kenek jalannya mulai menajak dan vegetasi ganti ke savana bunga putih. Perjalanan ke Pos Cemara Lima ini sangat naik turun. Entah udah berapa kali kami naik turun punggungan, pokoke banyak. Kondisi jalannya masih jelas, kami hanya menemukan 1 percabangan yang cukup membingungkan (jam 11.50). Coz di panduan, ga' ditulis, kami akhirnya observasi bentar. Aku ambil yang kiri n Fajri ambil yang kanan. Setelah hampir setengah jam observasi kami sepakat ambil kiri Pemandangan berikutnya adalah lereng berbunga. Dengan kemiringan 60-70 kami serasa berjalan menuju surga, wkwkwkw.

Jam 12.50 kami tiba di Pos Cemara Lima. Seharusnya namanya bukan cemara lima coz cemaranya banyak. Dan untuk pertamakalinya kami ketemu dengan tikus hutan. Mirip tikus rumahan sih tapi lebih kecil dan berbulu (mirip hamster). Kita sempat di buat kaget juga waktu mereka datang ke kami, menghindar adalah opsi pertama, loncat2 adalah opsi kedua dan hajar untuk opsi terakhir. Aku mabil yang ketiga. Tujuan berikutnya adalah Hutan Lumut.

Perjalanan ke Hutan Lumut sungguh menantang. Turunan tajam menyambut kami begitu keluar dari Pos Cemara Lima dengan resiko jatuh ke jurang bila terpeleset. Kita ga bayangin gimana naiknya kalo berangkat dari Bremi, dan belum kering lidah ini ngomong kita ketemu anak dari jakarta lagi yang sedang naik!! Kita cuman bengong aj waktu ngeliat mereka pertama kali. Dan pertanyaan wajibnya adalah "Masih jauh mas ke Cisentor?" Mau dijawab jujur kok ga tega ngeliat muka2 letih lesu mereka, g jujur ya gimana. Akhirnya ku jawab yang abu-abu aja,"lumayan, cuman naik turun doank" ga aku critain berapa kali naik turunnya, wkwwkkw

Jam 14.10 kita mulai masuk pintu Hutan lumut. Hutannya kereeennn, pohon setinggi 30-40 meteran dengan diameter 1-2 meter yang dibalut lumut menambah rasa syukur kami kepada Allah SWT. Hutannya sangat rapat, sampek-sampek kita g bisa ngeliat langit. Dan karena itu, hutan lumut ga mengenal siang, yang ada cuman pagi dan sore. Jalannnya mulai dari sini udah datar dan Indah!!!!! Kita serasa berada di dunia laen aja, ga nyangka masih ada hutan seperti ini di Indonesia. Semoga ilegal logging g masuk kesini, amien

Sampai ke pertigaan ke Danau Taman Hidup udah jam 15.02. Mulai dari sini bersiaplah untuk berdzikir coz viewnya ajib banget!!!!! Ya Danau Taman Hidup sungguh mempesona. Danaunya dikelilingi hutan hujan tropis. Dan kenapa dberi nama taman hidup? Disini kabut selalu hadir, mereka bergerak di atas danau seolah2 sedang menari menyambut kami, mereka hidup!!! Mereka sungguh balerina sejati, tanpa cacat. Hampir satu jam kami disini dan ga bosen-bosen liat mereka menari.

Rencana awal kita mau ngecamp disini. Tapi berhubung disini selalu gerimis dan banyak sekali jejak babi hutan kitapun melanjutakan perjalanan kembali. Selamat tinggal, kapan2 kita kemari lagi. Jam 15.53 kita berangkat pulang ke Bremi (tujuan terakhir).

Perjalanan menuju Bremi sangat membingungkan, banyak percabangan. Kitpun dibuat bingung saking banyaknya. Untungnya banyak pendaki yang buat tanda disini, ad remah2 kertas, pita kuning, rafia merah biru. Kita cukup tertolong dengan tanda-tanda tersebut, terima kasih ya. Selain bercabang, jalannya juga sangat becek, satu persatu dari kami merelakan sandalnya masuk ransel (daripada betat). Kegiatan berikutnya adalah hitung skor. Pantat nyentuh tanah 1, 1/2 bila bisa nahan. Di akhir cerita tak kasih tau berapa skornya.

Tantangan berikutnya adalah gelap. Begitu udah masuk maghrib jalannya mulai tidak terlihat. Kosekuensinya tanda-tanda yang kita pake buat patokan jadi tidak terlihat. Dan ketika bertemu percabangan semakin bingunglah kami, udah gelap, tandanya juga ga terlihat, komplit sudah. Akhirnya kita buat perjanjian, setiap ad yang ngeliat tanda-tanda (remah roti, pita kuning, rafia biru or merah) harus teriak biar kita g bingung. Jadi sepanjang perjalanan yang kita dengar cuman teriakan remah, kuning, dan rafia, ga ada suara lain. Sempat suatu ketika kami lama ga mendengar teriakan itu, aku sendiri sempat mikir apa kita salah jalan ya coz hampir 20 menitan aku ga denger terikan remah, kuning ato rafia. Tapi itu tak beberapa lama coz 3 menit kemudian ku dengar suara itu lagi, terima kasih Tuhan.

Di tengah-tengah perjalanan kami juga mendengar suara air. Mungkin air terjun, berhubung udah malem kita ga bisa liat air terjunnya. Kata temen yang kita temuin waktu pulang ke Proboliggo (Kopral, anak UPM) sebelum masuk hutan damar ada air terjun di sebelah kanan, biasanya anak2 ngecamp disana.

Hutan Damar kami sentuh jam 19.09. Waktu itu kami udah lemes puoll dan mutusin untuk istirahat disini, kami sempat berpikir untuk bikin camp disini aj. Makan mie remes sambil berharap ada yang mau njemput kita, wkwwkkw. Dan permohonan kami terkabul!!!! Jauh di depan ad nyala senter yang menuju kami. Siapa ya malem-malem gini naek ke puncak? Namanya Pak Arifin dan dua temennya, usut punya usut beliau sedang nganter peziarah dari Tulungagung n Trenggalek. Dan kita juga dikasih tau kalo Bremi kurang 1 jam lagi. Wkwwkwk betapa senangnya kita mendengar kata "1 jam lagi" itu. Dan kita juga ditawarin nginep dirumah Beliau, Terimakasih Pak!!!

Hutan damar terlewati dan berganti kebun warga. Kebanyakan sih nanem jagung n sayuran. Mulai dari sini senter kami udah mau mati aj. Tapi beruntung kami udah g d dalem hutan lagi, rembulan lumayan memberi sinarnya. Dan yang penting tanda-tanda peradaban udah terlihat di depan. Lampu dari Bremi dan tower GSM udah terlihat dan terdengar suara speaker dari wisuda santri di desa Bremi. Suara yang kami g ngerti coz pake bahasa madura tapi cukup untuk menambah beberapa strip semangat kami. Dan yang namanya kebun pasti banyak jalannya, kita g ambil pusing waktu nemuin banyak percabangan disini, pokoke ambil yang menuju lampu, wkwkkwk.

Jam 21.00 kita ketemu jalan desa dan ketemu penduduk lokal yang mau dateng ke tempat wisuda santri. Dan yang bikin heran smua rumah disini g ad orangnya, mirip seperti sebuah kota yang terserang wabah penyakit mematikan, sunyi n suepi. Kalo kita mau rampok semua rumah juga bisa, wwkwk. Bayangin aja, setengah jam kami jalan dan g nemuin rumah yang ada orangnya. Ternyata mereka semua pergi ke acara wisuda santri. Sama waktu aku kecil dulu, kalo ada hiburan (entah jaranan ato wayang) dijamin g ada orang dirumah, semua tumpekblek liat tontotonan,maklum g tiap tahun desaku ada tontonan kaya' itu, wkwkwk.

Tiba di Polsek g ada orangnya (Kantor polisi aj ampe sepi, hebat!!). Setelah cukup lama menggedor pintu akhirnya ada orang juga (Cuma 1 orang yang jaga). Kitapun minta ijin tidur d garasi. Setelah ijin turun kita langsung buka tenda dan tidur!!!! Setelah berjalan 12 jam dan ngelewatin view-view yang menakjubkan kita merelakan tubuh ini dipeluk malam, pasrah.

Hampir lupa, skor akhir Noko: 5, Maut: 3, [HaSo]: 4, Fajri 4

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Argopuro H3

H3
Timer: 04.00-20.00
Tracking:  10 Jam 45 Menit

Mendengar alarm jam 4 pagi satu persatu dari kami terbangun. Kali ini menu pagi kita adalah bubur ayam, telor, sarden dan tak lupa kopi susu energen. Makan pagi relatif aman, tidak ada lagi insiden gas bocor. Acara rutin berikutnya adalah packing dan pamitan sama tetangga. Jam 06.30 kita berangkat dari Cikasur (hm 93)

Perjalanan masih diisi oleh savana-hutan-savana-hutan, begitu seterusnya. Ada beberapa tanjakan tapi tidak begitu eksrim. Yang paling keren adalah ketika kami berjalan dilereng batu (hm 134) dengan kemiringan 60-75. Di kanan kami tebing batu cadas, di kirinya jurang yang siap menangkap kami bila terjatuh. Dan yang bikin jantung berdebar adalah ketika kami harus melewati jembatan kayu roboh sepanjag 20 m. Kenapa bikin deg-deg'an? Coz dibawahnya langsung jurang, jadi kalo jatuh dapat dipastikan langsung ke akhirat. Berhasil melewatinya kami istirahat bentar. Setelah melewati sebuah turunan tajam kami tiba di cisentor jam 09.01

Cisentor (hm 140): terletak di lembah yang di apit dua lereng. Terdapat sungai besar melintas ditengahnya, disini ada shelter yang bisa di pakai buat camp para pendaki.

Jam 09.15 kami berangkat dari Cisentor. Pemandangan pertama kami adalah hutan yang terbakar. Sayang ya, hampir sepanjang 800 m yang ada hanyalah bekas savana yang terbakar, hitam arang. Mulai hm 150 hutannya udah kembali normal, warna hijau daun terlihat dimana-mana. Dan yang lebih keren, ini bukan sembarang hutan, hutan Edelweis!!!. Pohon edelweis setinggi 3-4 m dengan kerapatan 60-60 cm. kita serasa ada di surga edelweis. Kami berjalan di terowongan edelwaeis coz diatas kami yang ada adalah bunga edelweis, jangan harap bisa ngeliat lagit dari dalem sini. Keluar dari terowongan savana kecil menyambut kami dengan cahayanya yang terang. Begitu seterusnya sampai kami tiba di Rawa Embik (10.57)

Rawa Embik: sebuah savana yang dipenuhi bunga matahari kecil. Disini ada sebuah sungai kecil dengan air yang jernih. Ada banyak jejak babi hutan disini

Setelah menempuh rute cisentor–rawa embik yang lumayan tanjakannya kita istirahat sebentar sambil makan siang. Dan tak lupa kami juga berjemur disini (itung2 angetin badan). Alarm kami set jam 11.30, kitapun tertidur di buai angin semilirdari atas bukit.

Terbangun karena alarm kamipun bersiap melanjutkan perjalan ke savana lonceng. Medannya masih mirip, hutan edelweis diselingi dengan savana-savana kecil dengan tanjakan yang lumayan. Mulai dari sini kita bisa melihat puncak Renganis di sebelah kiri. Setiba di kayu besar (12.13) ambil kiri dan bersiap2 untuk mendaki tanjakan curam 1. Bagi yang pernah ke Lawu mungkin rutenya sama dengan pos 2 ke pos 3. Kemiringan 70-80, berbatu dan menjatuhkan mental. Ransel 60 liter kami terasa berat, tiap 10 meter kami istirahat buat ambil nafas. Lumayan menyiksa, tapi demi Rengganis kami rela bersakit-sakitan!!!!

Jam 12.46 kami tiba di savana lonceng, entah kenapa disebut begitu kami juga ga tau. Menurut legenda dulu para pengawal putri Rengganis menambatkan kudanya disini. Isritahat, buka peta dan berpikir. Ada 3 jalan di ujung savana lonceng, menurut peta kalo ke kiri ke Puncak Argopuro dan yang kanan ke Puncak Rengganis (tidak disebut kan ada 3 percabangan). Akhirnya setelah berunding sebentar kami ambil yang paling kiri (ke Puncak Argopuro) dan menimbang medan yang begitu terjal, ransel kami sembunyikan di dalam hutan sekitar savana. Kami naik hanya dengan membawa air 3 liter

Tanjakan curam 2 (begitu kami menamainya). Mirip tanjakan curam 1 tapi kali ini lebih ringan, coz ransel kami tinggal dibawah. Tanjakan terlewati sebuah savana kecil terlihat didepan. Puncakpun terlihat, disavana ini banyak sekali kami temui bekas candi yang sudah hancur. Sepertinya candi ini dijadikan tempat pemakaman, hal ini diperkuat dengan banyaknya makam kuno yang kami temui. Disini juga kami temukan sebuah Memoriam atas nama Anang P, Perbanas Feb 1997. semoga sobat kita tenang di alam sana, amien.

Kaki kami menyentuh puncak jam 13.37. Ada bekas kawah belerang disini (baunya masih bisa tercium). Puncak ini ditandai dengan batu berbentuk meja, sepertinya dipakai untuk tempat sesaji, dan ada bendera Indonesia. View disini bagus, ada tebing batu, hutan luas, savana, reruntuhan candi, gunung Raung di seberang juga terlihat. Cuman sayang, kamera kami kehabisan baterai disini jadi g bisa ambil gambar pemandangannya, hiks. Tapi ada yang janggal disini, kalau ini puncak Argopuro, kenapa puncak disebelah lebih tinggi? Pertanyaan ini terjawab ketika kami kembali ke savana lonceng.

Setiba kembali di savana lonceng, pertanyaan tadi kami perdebatkan. Buku panduan perjalanan kami keluarkan dan kami baca lebih detail. Disitu disebutkan bahwa Puncak Argopuro tertutup oleh hutan pinus dan karena itu mustahil untuk bisa melihat pemandangan yang telah aku sebutkan didepan tadi. Lantas, puncak yang kami naiki tadi puncak apa? Usut punya usut ternyata itu puncak Rengganis. Hal ini diperkuat dengan deskripsi yang kami baca mengenai Rengganis. Disana disebutkan bahwa puncak Rengganis merupakan komplek candi yang tinggal reruntuhannya saja. Kitapun hanya bisa terdiam membisu. Masa' jauh-jauh dari Tulungagung n Jakarta kita g naik puncak Argopuro? Akhirnya dengan semangat yang tinggal seadanya kita berangkat menaklukkan puncak Argopuro (3088dpl).

Puncak Argouro yang asli di mulai dari savana lonceng belok ke kanan
(bukan ke kiri seprti yang di buku panduan). Kemudian bersiap-siap mengambil tanjakan curam 3 sepanjang 300 meteran. Dan puncak Argopuropun tersentuh!!!! Bener juga, puncak Argopuro ini tertutup pohon pinus dimana-mana. Selesai ambil foto kita langsung turun kembali ke savana. Puncak yang ketiga (puncak arca) tidak kami daki dengan alasan capek!!!!!

Setelah melepas lelah di savana lonceng, kami berangkat turun (15.30). Dan karena medan yang menurun, waktu tempuh kami juga semakin pendek. Savana Lonceng –Rawa Embik= 45menit, Rawa Embik- Cisentor= 1 jam. Ada satu kejadian yang menarik ketika kami akan tiba di Cisentor. Waktu itu kami masih didalam hutan edelweis, tiba-tiba aja ada monyet bertengkar dengan babi hutan. Suasana begitu mencekam, babi hutan dengan suara khasnya melawan satu keluarga monyet. Kita cuman bisa diam dan ngeluarin golok buat jaga-jaga. Setelah hampir 10 menit terjebak dalam perang asimetris, kami dengan perlahan-lahan bisa kabur.

Sampai di Cisentor sudah jam 17.15. Kita langsung buka tenda di dalam shelter, nyari api unggun, dan bikin makan malem. Sebagai perayaan karena telah menyentuh puncak Argopuro, makan malem ini kami buat spesial, menunya sarden, mie, telur asin, srondeng, dan sambel pecel ditambah minuman wajib (kopi susu energen) dalam porsi melimpah. Rencananya kami makan malam sambil nikmatin api unggun, tapi karena terkendala kayu yang masih basah rencana ini gagal. Selesai makan ritual berikutnya adalah buka SB dan tidur. Jam 19.00 kita sudah terlelap (mungkin capek ya, coz habis jalan hampir 10 jam)

Terimakasih Tuhan udah ngijinin kami nyentuh puncak Argopuro, Terimakasih!!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Argopuro H2

H2
Timer: 04.00-21.00
Tracking:  8 Jam 45 Menit

Jam 4 pagi kita mulai bangun pagi. Masih ngantuk sih tapi karena dah dikejar jadwal akhirnya bangun juga. Pagi itu lumayan dingin, tapi g berkabut, cuaca cerah. Kompor, gas, nesting, beras, mie, sarden dikeluarkan, kami siap-siap masak. Gas dinyalakan dan….. buum, gas bocor!!!!! Kita terdiam beberapa saat, membisu, air kami siramkan ke tabung gas tapi api g mati-mati. Kitapun panik ……. Akupun pinjem sarung tangane Noko buat nyopot selang gas. Takut sih takut (gimana coba kalo waktu nyopot selang tiba2 gas meledak, tangan gue bisa ilang dunk) tapi dengan keberanian yang tersisa aku pegang gas pake tangan kiri (tanpa sarung) trus tangan kananku nyopot selang dari gas. Hufff akhirnya mati juga…. Kitapun tertawa.

Selesai sarapan udah jam 5.30. Packing, bongkar tenda, pamitan ma anak Lampung dan jam 06.30 kita berangkat. Jalannya sekarang udah terlihat, medane mirip wilis, masih semak-semak diselingi pohon besar. Jalane lumayan lebar bisa buat lewat mobil. Viewnya juga bagus, kanan kiri terlihat punggungan dengan hutan hijau yang khas, dikejauhan juga terlihat air terjun. Kemiringannya juga ga begitu ekstrim, lumayanlah (yang biasa ke wilis pasti bisa kok kesini) skala kesulitan 1-5 dapet 3. kurang lebih 1,5 jam dari camp kita nyampek mata air 1. Noko kami tinggal di atas buat jaga ransel, aku ma'ut n fajri turun ambil air. Sumber airnya berupa sungai kecil, kira-kira 13 menit dari jalan track. Mumpung ada air kita bertiga mandi kecil dulu, lumayan. Jam 9.00 kita berangkat. Tapi sebelumnya kita bertemu dengan saudara jauh kita, monyet hitam. Mereka ngeliatin kita, mungkin kaget tau ada sodaranya bawa ransel jalan2.

Mulai dari sini tiap 100 m ada patok hm (1hm=100m). Jalannya masih lvl 3 sampek hm 17. Levelnya naik ke 4,5 begitu masuk hm 18, tanjakannya dah curam, cukup menguras tenaga. Dan korban pertamapun terjatuh, saudara Noko tewas terkapar dijalan. Keluhan pertama pusing dan lemas, kitapun istirahat bentar. Setelah dianalisa oleh tim dokter merangkap manajer perjalanan ,hehehehe, kemungkinan besar Noko kurang makan pagi (maklum, dia kan udah lama g naek gunung, jadi mungkin masih kaget dapet menu standart). Doping pun dikeluarkan, roti, gula merah dan extrajoss. Setelah cukup kenyang, Noko tersadar dan perjalanan dilanjutkan. Mulai dari sini tim pendaki dah nemuin formasi terbaiknya Noko= Leader, Ma'ut=Co Leader, [HaSo]=Bridge, Fajri= Swepper (lagi-lagi fajri jadi penyapu, mungkin dah bawaan dari lahir ya). Kenapa kami pilih formasi seperti itu? Noko aku taruh depan biar semua bisa ngatur ritme jalan kaya' dia, Maut aku taruh di belakangnya karna dia deket ma Noko, Aku jadi petugas kontrol ditengah, n fajri aku taruh dibelakang sendiri karna dia udah kebiasa jadi penyapu.

Setelah melewati tanjakan 1 jalannya dah lumayan landai. Vegetasinya ganti dari semak-semak ke hutan tertutup. Jalanannya juga dihiasi bunga putih kecil di kanan kiri, mirip pilem-pilem india. Dan tak lupa "saudara jauh" kita ikut dalam perjalanan ini, ada juga berbagai macam burung yang gue g tau namane (aku kan ga ikut club birdwatching). Disini kita juga bertemu penduduk lokal yang mancari bunga hutan. Mereka kuat2!!, udah umur 50-60 an tapi masih kuat bawa barang naik turun gunung argopuro. Ada satu kelompok yang sempat kami akrab, mereka 1 keluarga. Kita bertemu di tempat yang kata mereka dulu dewi Rengganis pernah istirahat. Menurut kepercayaan lokal siapa aja yang lewat situ wajib kasih rokok atau makanan manis supaya diberi keselamatan dalam perjalanan. Dari mereka kita juga tau rute ke cikasur, jalan langsung ke Puncak Rengganis dan perkiraan waktunya. Terimakasih ya pak.

Waktu udah nunjukin jam 12.05, kamipun berpisah dengan rombongan Pak X (hehe, lupa tanya namane). Jalannya mulai turun dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ngeliat savana!!!!! Keren adalah kata pertama yang terlintas, sungguh Allah SWT emang hebat, bisa nyiptain view kaya gini. Alun2 kecil, begitu mereka menyebutnya,sungguh mempesona mata. Ditengah savana ada pohon besar tempat berteduh dikelilingi rerumputan dimana-mana. Sedangkan batas tepinya berupa pepohonan yang memagari savana. Keluar dari savana tanjakan curam ke dua udah terlihat. Ga' separah yang pertama tapi yang ini lebih panjang. Kami bisa ngelewatinya dalam waktu 40 menit tapi langsung terkapar smua,wkwkww. Istirahat, makan siang dan berangkat lagi.

Perjalanan berikutnya udah lumayan landai dan kali ini viewnya berbagai macam jenis burung, monyet hitam dan orange. Keluar hutan dan bersiaplah mengucap subhanallah!!!!!!!! Sebuah jalan puanjaaang ditengah2 savana dengan pohon edelweis 3-4 meter sebagai pagar di kanan kiri savana. Kita serasa ada di surga aj. Tapi jangan takjub dulu masih ada yang lebih hebat lagi menanti didepan. Keluar savana panjang, kami masuk savana ungu( begitu kami menamainya). Di savana ini banyak banget bunga berwarna unggu sebagai ganti pohon edelweis. Berikutnya adalah savana lebar (jam 14.50). savana ini g sepanjang savana pertama tapi lebar nya, Allahuakbar!!!!! Ada yang tau istilah pilot BVR (Beyond Visual Range). Edelweisnya juga banyak banget, kita istirahat bentar disini. Keluar dari savana kami masuk hutan dan bertemu dengan segerombol ayam hutan. Jumlahnya lebih dari 6 mereka ada di kanan kiri kami dan tidak terlihat takut pada manusia(bukti bahwa Ekosistem disini masih terjaga dengan baik).

Jam 15.15 kami tiba di Cikasur. Cikasur berupa kombinasi savana puanjaaang dan savana luebaaar, ditengah-tengahnya ada sebuah sungai yang ditumbuhi selada air. Ada bangunan bekas peninggalan belanda di dekat sungai. Menurut sejarah, Belanda pernah akan membangun lapangan terbang disini tapi g tau kenapa dibatalkan.

Setiba disini kami berempat istirahat dulu menikmati view yang telah Allah SWT ciptakan. Terimakah Tuhan!!!! Selanjutnya aku n Fajri survey lokasi sekaligus nyari jalan ke Cisentor sedangkan Ma'ut n Noko bikin camp. Di sela-sela nyari jalur kami ketemu dengan merak. Jaraknya sekitar 800m, dengan mengendap-endap kami mendekatinya. Kurang dari 200m kamera aku siapkan dan kita mulai merangkak. Ketika kamera dah siap, eh meraknya kabur. Ilang deh kesempatan membidik meraknya, tapi ga' papa setidaknya kami pernah melihat merak terbang.

Kembali ke Camp kami nyari kayu bakar buat api unggun. Acara selanjutnya bikin makan malem. Menu hari ini mie, sarden, telor asin, sambel pecel. Waktu itu udah jam 5 lebih ketika tim Lampung nyampek sini, sebagai tetangga yang baik kami kasih hadiah segelas kopi susu energen. Aku lupa jam berapa kita makan malem, pokoke dah gelap. Makan malem kami diterangi nyala api unggun dengan segelas susu anget berpermadanikan rumput ilalang dengan hamparan bintang dilangit. Mantab!!!!
Jam 21.00 kita tidur

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Argopuro H1

H1
Timer: 05.15-22.00

Jam 05.15 aku n fajri berangkat ke Malang naik Matarmaja. Sebenarnya kami ber4, tapi karena insiden klasik terulang lagi (kepancal sepur) akhirnya cuman aq n fajri aj yang naek kereta, sisanya (Noko n Ma'ut) ngebis. Tidak ada yang istimewa selama perjalanan ini, kecuali kami duduk di sambungan kereta. Kenapa kami pilih tempat ini? Sebenarnya bukan milih, lebih tepatnya udah ga' ad tempat laen.

Kita nyampek malang udah jam 7.50. Du2k bentar d stasiun kemudian nyari photokopian sekalian beli blognot n spidol. Selesai itu aku blanja logistik n gas di Cartenz Malang, Fajri ku tinggal d klojen. Ternyata Cartenz nya baru buka jam 9, terpaksa aku jadi satpame cartenz. Selesai blanja aku langsung cabut ke klojen jemput Fajri (takut knapa2, dia kan lum pernah k malang, capa tau di palak preman, wkwkwkwk). Eh ….. Noko n Ma'ut dah disana, wkwkwkw, akhirnya kita kumpul lagi.

Selesai packing, tujuan berikutnya adalah Arjosari. Nyampek sana udah siang, sekitar jam 11, nyari bis ke Probolinggo trus kita langsung berangkat. Setelah di dalem bis kita baru nyadar ternyata ini bis PataS!!! Waduh… abis brpa ya? Sempat deg2an juga sih abis brpa? tapi udahlah pikir aja ntar. Malang-Probolinggo dibayar Rp 23.000, g terlalu mahal sih (beda 9 rb ama yang biasa). Aku g terlalu inget gimana selama perjalanan coz, kebanyakan dari kita tidur (capek puuol. Pulang PM langsung packing n berangkat Argopuro!!!). Dibangunin kita udah nyampek terminal Probolinggo n langsung oper bis tujuan Besuki, Situbondo. Saking terburunya blognoteku ketinggalan d bis!!!!

Probolinggo-Besuki viewnya lumayan. Di beberapa tempat kita sempat liat pantai, perbukitan, n gunung Argopuro yang menusuk langit. Satu lagi disini kental banget aroma madura!! Kebanyakan orangnya ngomong pake bahasa madura, meski ad beberapa yang pake bahasa jawa. Besuki mungkin sebesar Ngunut tapi disini ada alon-alonnya. Keramahtamahannya juga begitu kental, tinggal nanya orang lewat pasti dijawab dengan senyum. Kesan jaman bauleha juga ada disini, ada beberapa bangunan bekas jaman kolonial masih berdiri.

Makan "normal" terakhir kita skitar jam 15.00. menunya nasi campur n air putih. Ibu yang jual ternyata orang Trengalek, kita sempat ngobrol2 bentar dengan beliau. Kita juga diberitau tempat lin ke baderan, tempate deket pasar sapi, kira-kira 500 m dari tempat ibu'e jualan. Makan siangpun selesai, jalan bentar dan tiba d pasar sapi. Serasa ada didunia yang laen, itu kesan yang aku dapet. Orang jualan jajanan, peralatan kebun, warung2, tempat penitipan sepeda dan masih banyak lagi. Kesan "dunia laen" makin kuat ketika mendengar mereka ngobrol pake bahasa madura, pokoke aneh!!.

Jam 15.40 kita berangkat dari pasar sapi ke Baderan. Ada sekitar 10 orang di dalm lin ini. 4 orang tim Argo, sisanya penduduk lokal. Terlihat sekali keramahan mereka, walaupun kita ngga ngerti bahasa mereka tapi terlihat jelas diwajah mereka sebuah ekspresi yang jarang sekali ada di Jakarta. Melihat rumah2 ditepi jalan aku jadi inget kampungku waktu aku masih kecil dulu. Suasananya benar-benar mirip, rasanya aku seperti kembali waktu masih umur 6tahun. Masih suka maen petak umpet, perang-perangan, nyari belut disawah, berburu jangkrik, nyari ubi, ulat pohon, bikin rumah rahasia, nyuri pepaya, mandi di kali, n masih banyak lagi. Ternyata masih ada juga tempat seperti itu di tahun 2008 yang katanya Indonesia sudah masuk era Global, dimana internet udah ada dimana, 80% penduduk Indonesia pegang hp, dll.

Tiba di baderan sekitar jam 16.13. pekerjaan pertama kami disini adalah nyari WC!! Maklum dari tadi pengen kencing tapi g ada tempat. Selesai itu kita ngobrol sama pak Subari, pemilik warung kelontong. Dari beliau kita jadi tau banyak hal tentang Argopuro, mulai dari jalur, lokasi air, tempat camp yang enak, pantangan2, dsb. Trimakasih buat infonya pak!!!! Target kedua adalah ke tempat Resort KSDA Peg. Yang Timur buat ngurus SIMAKSI (Surat ijin Masuk Daerah Konservasi). Setiba di KSDA kita ketemu dengan pendaki lain dari Jakarta. Dari mereka kita tau ternyata KSDA udah tutup, akhirnya kita nitip ke pak Subari, maaf ya pak jadi ngrepotin.

16.30 kita mulai perjalanan besar ke Argopuro. Rute pertama kami adalah kebun-kebun milik warga. Jalannya masih landai, sepanjang jalan yang ada adalah tanaman jagung, tembakau, ketela. Memasuki pintu hutan sudah menginjak maghrib. Jalannya mulai tidak terlihat, senter pun dikeluarkan. Sekitar 1,5 jam berjalan kita istirahat buat makan malem. Menu kita hari ini adalah roti, yang spesial makan malem kita ditemani ama bintang-bintang dan sekali bintang jatuh, kereeeen.

Rencananya kita mau nge camp di Mata Air 1, perkiraan waktu tempuh sih sekitar 4-5 jam. Kira-kira 3 jam dari Baderan kita ketemu dengan pendaki dari Lampung. Dari cerita mereka kita disaranin buat ngecamp disini coz mereka udah ngechek 1 jam kedepan g ad lokasi buat ngecamp. Kitapun berpikir, fajri tanya noko, noko tanya aku, aku tanya fajri, mbulet. Akhirnya sebagai manajer perjalanan ,wkwkkw, aku putusin buat nurutin saran dari mereka, kita buka tenda.

Selesai bikin tenda, masak kopi, kita beramahtamah dengan anak lampung,. Ngobrol tentang pengalaman masing-masing, tanya sana-sini dasn tibalah waktu bobok!!! Jam 22.00 kita masuk SB.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS