RSS

Argopuro H3

H3
Timer: 04.00-20.00
Tracking:  10 Jam 45 Menit

Mendengar alarm jam 4 pagi satu persatu dari kami terbangun. Kali ini menu pagi kita adalah bubur ayam, telor, sarden dan tak lupa kopi susu energen. Makan pagi relatif aman, tidak ada lagi insiden gas bocor. Acara rutin berikutnya adalah packing dan pamitan sama tetangga. Jam 06.30 kita berangkat dari Cikasur (hm 93)

Perjalanan masih diisi oleh savana-hutan-savana-hutan, begitu seterusnya. Ada beberapa tanjakan tapi tidak begitu eksrim. Yang paling keren adalah ketika kami berjalan dilereng batu (hm 134) dengan kemiringan 60-75. Di kanan kami tebing batu cadas, di kirinya jurang yang siap menangkap kami bila terjatuh. Dan yang bikin jantung berdebar adalah ketika kami harus melewati jembatan kayu roboh sepanjag 20 m. Kenapa bikin deg-deg'an? Coz dibawahnya langsung jurang, jadi kalo jatuh dapat dipastikan langsung ke akhirat. Berhasil melewatinya kami istirahat bentar. Setelah melewati sebuah turunan tajam kami tiba di cisentor jam 09.01

Cisentor (hm 140): terletak di lembah yang di apit dua lereng. Terdapat sungai besar melintas ditengahnya, disini ada shelter yang bisa di pakai buat camp para pendaki.

Jam 09.15 kami berangkat dari Cisentor. Pemandangan pertama kami adalah hutan yang terbakar. Sayang ya, hampir sepanjang 800 m yang ada hanyalah bekas savana yang terbakar, hitam arang. Mulai hm 150 hutannya udah kembali normal, warna hijau daun terlihat dimana-mana. Dan yang lebih keren, ini bukan sembarang hutan, hutan Edelweis!!!. Pohon edelweis setinggi 3-4 m dengan kerapatan 60-60 cm. kita serasa ada di surga edelweis. Kami berjalan di terowongan edelwaeis coz diatas kami yang ada adalah bunga edelweis, jangan harap bisa ngeliat lagit dari dalem sini. Keluar dari terowongan savana kecil menyambut kami dengan cahayanya yang terang. Begitu seterusnya sampai kami tiba di Rawa Embik (10.57)

Rawa Embik: sebuah savana yang dipenuhi bunga matahari kecil. Disini ada sebuah sungai kecil dengan air yang jernih. Ada banyak jejak babi hutan disini

Setelah menempuh rute cisentor–rawa embik yang lumayan tanjakannya kita istirahat sebentar sambil makan siang. Dan tak lupa kami juga berjemur disini (itung2 angetin badan). Alarm kami set jam 11.30, kitapun tertidur di buai angin semilirdari atas bukit.

Terbangun karena alarm kamipun bersiap melanjutkan perjalan ke savana lonceng. Medannya masih mirip, hutan edelweis diselingi dengan savana-savana kecil dengan tanjakan yang lumayan. Mulai dari sini kita bisa melihat puncak Renganis di sebelah kiri. Setiba di kayu besar (12.13) ambil kiri dan bersiap2 untuk mendaki tanjakan curam 1. Bagi yang pernah ke Lawu mungkin rutenya sama dengan pos 2 ke pos 3. Kemiringan 70-80, berbatu dan menjatuhkan mental. Ransel 60 liter kami terasa berat, tiap 10 meter kami istirahat buat ambil nafas. Lumayan menyiksa, tapi demi Rengganis kami rela bersakit-sakitan!!!!

Jam 12.46 kami tiba di savana lonceng, entah kenapa disebut begitu kami juga ga tau. Menurut legenda dulu para pengawal putri Rengganis menambatkan kudanya disini. Isritahat, buka peta dan berpikir. Ada 3 jalan di ujung savana lonceng, menurut peta kalo ke kiri ke Puncak Argopuro dan yang kanan ke Puncak Rengganis (tidak disebut kan ada 3 percabangan). Akhirnya setelah berunding sebentar kami ambil yang paling kiri (ke Puncak Argopuro) dan menimbang medan yang begitu terjal, ransel kami sembunyikan di dalam hutan sekitar savana. Kami naik hanya dengan membawa air 3 liter

Tanjakan curam 2 (begitu kami menamainya). Mirip tanjakan curam 1 tapi kali ini lebih ringan, coz ransel kami tinggal dibawah. Tanjakan terlewati sebuah savana kecil terlihat didepan. Puncakpun terlihat, disavana ini banyak sekali kami temui bekas candi yang sudah hancur. Sepertinya candi ini dijadikan tempat pemakaman, hal ini diperkuat dengan banyaknya makam kuno yang kami temui. Disini juga kami temukan sebuah Memoriam atas nama Anang P, Perbanas Feb 1997. semoga sobat kita tenang di alam sana, amien.

Kaki kami menyentuh puncak jam 13.37. Ada bekas kawah belerang disini (baunya masih bisa tercium). Puncak ini ditandai dengan batu berbentuk meja, sepertinya dipakai untuk tempat sesaji, dan ada bendera Indonesia. View disini bagus, ada tebing batu, hutan luas, savana, reruntuhan candi, gunung Raung di seberang juga terlihat. Cuman sayang, kamera kami kehabisan baterai disini jadi g bisa ambil gambar pemandangannya, hiks. Tapi ada yang janggal disini, kalau ini puncak Argopuro, kenapa puncak disebelah lebih tinggi? Pertanyaan ini terjawab ketika kami kembali ke savana lonceng.

Setiba kembali di savana lonceng, pertanyaan tadi kami perdebatkan. Buku panduan perjalanan kami keluarkan dan kami baca lebih detail. Disitu disebutkan bahwa Puncak Argopuro tertutup oleh hutan pinus dan karena itu mustahil untuk bisa melihat pemandangan yang telah aku sebutkan didepan tadi. Lantas, puncak yang kami naiki tadi puncak apa? Usut punya usut ternyata itu puncak Rengganis. Hal ini diperkuat dengan deskripsi yang kami baca mengenai Rengganis. Disana disebutkan bahwa puncak Rengganis merupakan komplek candi yang tinggal reruntuhannya saja. Kitapun hanya bisa terdiam membisu. Masa' jauh-jauh dari Tulungagung n Jakarta kita g naik puncak Argopuro? Akhirnya dengan semangat yang tinggal seadanya kita berangkat menaklukkan puncak Argopuro (3088dpl).

Puncak Argouro yang asli di mulai dari savana lonceng belok ke kanan
(bukan ke kiri seprti yang di buku panduan). Kemudian bersiap-siap mengambil tanjakan curam 3 sepanjang 300 meteran. Dan puncak Argopuropun tersentuh!!!! Bener juga, puncak Argopuro ini tertutup pohon pinus dimana-mana. Selesai ambil foto kita langsung turun kembali ke savana. Puncak yang ketiga (puncak arca) tidak kami daki dengan alasan capek!!!!!

Setelah melepas lelah di savana lonceng, kami berangkat turun (15.30). Dan karena medan yang menurun, waktu tempuh kami juga semakin pendek. Savana Lonceng –Rawa Embik= 45menit, Rawa Embik- Cisentor= 1 jam. Ada satu kejadian yang menarik ketika kami akan tiba di Cisentor. Waktu itu kami masih didalam hutan edelweis, tiba-tiba aja ada monyet bertengkar dengan babi hutan. Suasana begitu mencekam, babi hutan dengan suara khasnya melawan satu keluarga monyet. Kita cuman bisa diam dan ngeluarin golok buat jaga-jaga. Setelah hampir 10 menit terjebak dalam perang asimetris, kami dengan perlahan-lahan bisa kabur.

Sampai di Cisentor sudah jam 17.15. Kita langsung buka tenda di dalam shelter, nyari api unggun, dan bikin makan malem. Sebagai perayaan karena telah menyentuh puncak Argopuro, makan malem ini kami buat spesial, menunya sarden, mie, telur asin, srondeng, dan sambel pecel ditambah minuman wajib (kopi susu energen) dalam porsi melimpah. Rencananya kami makan malam sambil nikmatin api unggun, tapi karena terkendala kayu yang masih basah rencana ini gagal. Selesai makan ritual berikutnya adalah buka SB dan tidur. Jam 19.00 kita sudah terlelap (mungkin capek ya, coz habis jalan hampir 10 jam)

Terimakasih Tuhan udah ngijinin kami nyentuh puncak Argopuro, Terimakasih!!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat buat yang udah nyampe Argopuro. Kapan2 kesana lagi ya jadi guideQ hehehehe......

Mana foto-fotonya????

Posting Komentar